Maxime (aturan pokok) adalah pedoman subyektif bagi perbuatan orang
perseorangan (individu), sedangkanimperative (perintah) merupakan
azas kesadaran obyektif yang mendorong kehendak untuk melakukan perbuatan.
Imperatif berlaku umum dan niscaya, meskipun ia dapat berlaku dengan
bersyarat (hypothetical)atau dapat juga tanpa syarat (categorical). Imperatif
kategorik tidak mempunyai isi tertentu apapun, ia merupakan kelayakan
formal (=solen). Menurut kant, perbuatan susila adalah
perbuatan yang bersumber paa kewajiban dengan penuh keinsyafan. Keinsyafan
terhadap kewajiban merupakan sikap hormat (achtung).Sikap inilah
penggerak sesungguhnya perbuatan manusia.Kant, ada akhirnya ingin menunjukkan
bahwa kenyataan adanya kesadaran susila mengandung adanya praanggapan
dasar.Praanggapan dasar ini oleh Kant disebut “postulat rasio praktis”, yaitu
kebebasan kehendak, immortalitas jiwa dan adanya Tuhan.
Pemikiran etika ini, menjadikan Kant dikenal sebagai pelopor lahirnya apa yang disebut dengan “argumen moral” tentang adanya Tuhan. Sebenarnya, Tuhan dimaksudkan sebagai postulat.Sama dengan pada rasio murni, dengan Tuhan, rasio praktis ‘bekerja’ melahirkan perbuatan susila.
Kritik atas Daya Pertimbangan
Kritik atas daya pertimbangan, dimaksudkan oleh Kant adalah mengerti persesuaian kedua kawasan itu.Hal itu terjadi dengan menggunakan konsep finalitas (tujuan).Finalitas bisa bersifat subjektif dan objektif.Kalau finalitas bersifat subjektif, manusia mengarahkan objek pada diri manusia sendiri.Inilah yang terjadi dalam pengalaman estetis (kesenian). Dengan finalitas yang bersifat objektif dimaksudkan keselarasan satu sama lain dari benda-benda alam.
Pemikiran etika ini, menjadikan Kant dikenal sebagai pelopor lahirnya apa yang disebut dengan “argumen moral” tentang adanya Tuhan. Sebenarnya, Tuhan dimaksudkan sebagai postulat.Sama dengan pada rasio murni, dengan Tuhan, rasio praktis ‘bekerja’ melahirkan perbuatan susila.
Kritik atas Daya Pertimbangan
Kritik atas daya pertimbangan, dimaksudkan oleh Kant adalah mengerti persesuaian kedua kawasan itu.Hal itu terjadi dengan menggunakan konsep finalitas (tujuan).Finalitas bisa bersifat subjektif dan objektif.Kalau finalitas bersifat subjektif, manusia mengarahkan objek pada diri manusia sendiri.Inilah yang terjadi dalam pengalaman estetis (kesenian). Dengan finalitas yang bersifat objektif dimaksudkan keselarasan satu sama lain dari benda-benda alam.
Komentar
Posting Komentar