Pengetahuan dapat diperoleh dengan tiga cara, yaitu dari gagasan
dalam pikiran atau ide, pengalaman, dan intuisi. Ahmad Tafsir (2005 :23)
mengatakan bahwa pengetahuan dibagi tiga, yaitu: 1. Pengetahuan sains; 2.
Pengetahuan filsafat; 3. Pengetahuan mistik. Cara untuk memperoleh tiga
macam pengetahuan serta kebenaran dari masing-masing pengetahuan tersebut,
menjadi objek epistimologi. Kalau salah satu jenis jenis pengetahuan adalah
pengetahuan sains, dari mana diperolehnya dan bagaimana cara mendapatkan
pengetahuan sains tersebut? Sama halnya dengan pengetahuan filsafat dan mistik. Setiap pengetahuan pasti ada ujung-ujungnya
berpangkal dari rasioa dan rasa atau akal dan hati. Hal tersebut karena manusia
tidak memiliki apapun untuk melahirkan gagasannya, kecuali disebabkan oleh
adanya pemikiran atau penalaran terhadap sesuatu yang diproduk oleh akal dan
hati.
Dalam konteks
epistimologi, kebenaran itu tidak berujung. Setiap jawaban mengandung
kebenaran, tetapi bersifat logig spekulatif. Seperti pertanyaan, bagaimana kita
yakin bahwa apa yang selama ini kita laksanakan adalah benar-benar bersumber
dari Tuhan? Bukankan suara Tuhan tidak
didengar oleh ptelinga manusia, wujudnya tidak kasat mata, kekuatannya tidak
terbandingkan. Kalau begitu, bagaimana kita yakin bahwa apa yang kita amalkan
selama ini benar-benar ajaran agama? Teruslah bertanya, hingga hilang keraguan,
teruslah menggugat agar rasa penasaran terjawab. Benarkan? Kegunaan mendasar
dari filsafat adalah agar kita memiliki kemampuan untuk menggali sumber dan
seluk-beluk pengetahuan hingga ke akar-akarnya. Bahkan akarnya pun
dipertanyakan kembali, sehingga tak lagi sebagai akar, melainkan pucuk daun
atau ranting, atau dahan pohon.
Komentar
Posting Komentar