Suatu reaksi terhadap idealisme yang
sama sekali berada dari reaksi materialisme ialah yang berasal dari pemikir
Dernmark yang bernama Soren Kierkegarrd. Menurut Kierkegaard, filsafat tidak
merupakan suatu sistem, tetapi suatu mengeksperressian eksistensi
individual. Karena ia menentang filsafat yang bercorak sistematis, dapat
dimengerti mengapa ia menulis karyanya dengan menggunakan nama samaran. Dengan
cara demikian, ia mencoba menghindari anggapan bahwa bukunya merupakan gambaran
tentang fase-fase perkembangan pemikirannya. Dengan menggunakan nama samaran,
mungkinlah ia menyayang pendapat-pendapatnya di dalam bukunya yang lain.
Pertama-tama Kierkegaard memberikan
kritik terhadap Hegel. Ia berkenala dengan filsafat Hegel ketika belajar
teologi di Universitas Kopenhangen. Mula-mula memang ia tertarik pada filsafat.
Hegel yang telah populer dikalangan intelektual di Eropa ketika itu, tetapi
tidak lama kemudian ia lancarkan kritiknya.
Keberatan utama yang diajukan oleh
Kierkegaard kepada Hegel ialah karena Hegel meremehkan eksistensi yang kongkret
karena ia (Hegel) mengutamakan ide yang sifatnya umum. Menurut Kierkegaard,
manusia tidak pernah hidup sebagai suatu “aku umum”, tetapi sebagai “aku
individual” yang sama sekali unik dan tidak dapat dijabarkan ke dalam sesuatu
yang lain. Dengan demikian, Kierkegaard memperkenalkan istilah “eksistensi”
dalam suatu arti yang mempunyai peran besar pada abad ke-20. hanya manusia yang
mampu bereksistensi, dan eksistensi saya tidak saya jalankan satu kali untuk
selamanya, tetapi pada setiap saat eksistensi saya menjadi obyek pemilihan
baru. Bereksistensi ialah bertindak. Tidak ada orang lain yang dapat
menggantikan tempat saya untuk bereksistensi atas nama saya.
Hampir semua filosof masa lampau hanya
mempelajari sifat-sifat umum, sifat manusia pada umumnya, kehidupan pada
umumnya, kebebasan pada umumnya, dan lain-lain. Mereka memandang yang umum atau
yang abstrak. Yang umum memang selalu abstrak. Tradisi membicarakan yang umum
memuncak pada Hegel. Akan tetapi, menurut Kierkegaard filsafat harus mengutamakan
manusia individual. Kehidupan secara kongkret berarti kehidupan-ku. Kebenaran
secara kongkret berarti kebenaran bagi saya. Percobaan Hegel untuk membuat
sintesis harus ditolak. Mendamaikan pertentangan dengan cara menyintesissnya
hanyalah akan menghasilkan sesuatu yang abstrak. Di dalam kehidupan kongkret
kita selalu menghadapi pertentangan yang tidak mungkin disentisis. Di dalam
bidang etika, misalnya, kita selalu dituntut memutuskan secara radikal, ini atau
itu. Kata ini menjadi nama buku Kierkegaard yang pertama yang terbit
pada tahun 1843. selain mengkritik Hegel, ia juga mengkritik agama Kristen.
Kierkegaard mengemukakan kritik tajam
terhadap Gereja Lutheran yang merupakan Gereja Kristen resmi di Denmark ketika
itu. Kritik itu dilemparkan terutama pada masa tuanya. Ia menganggap Gereja di
tanah airnya itu telah menyimpang dari Injil Kristus. Pada pokoknya, kritik
Kierkegaard terhadap agama Kristen di tanah airnya tidak berbeda dari kritiknya
terhadap filsafat Hegel. Masalah yang dikritiknya ialah karena orang mengaku
Kristen disana, tetapi kebanyakan tidak benar. Kristen tidak melekat di hati,
tidak dianut dengan sepenuh kepribadian, ada kemunafikan. Sifat ini amat
dibenci oleh Kicrkegaard. Bahkan ketka itu iman Kristen menjadi sikap borjuis
dan lahiriah saja. Sedangkan menurut Kiergaard iman Kristen haruslah merupakan
sala satu cara hidup radikal yang menurut seluruh kepribadian.
Pengaruh Kierkegaard belum tampak ketika
ia masih hidup, bahkan bertahun-tahun namanya tidak dikenal orang di luar
negerinya. Itu antara lain karena karyanya ditulis dalam bahasa Denmark.
Barulah pada akhir abad ke-19 karya-karyanya Kierkegaard mulai diterjemahkan
kedalam bahasa Jerman. Karyanya menjadi sumber yang penting sekali untuk
filsafat abad ke-20, yang disebut eksistensilisme. Karenanya sering disebut
bahwa Kierkegaard adalah Bapak Filsafat Ekstensialsime. Akan tetapi, anehnya,
eksistensialisme abad ke-20 tidak jarang beraliran ateis, padahal Kierkegaard
seorang penganut Kristen (lihat Bertens, 1979: 83-85). Tak pelak lagi, tokoh
eksistensialisme tersebar adalah Jean Paul Sartre.
Komentar
Posting Komentar