Esensialisme mempunyai tinjauan mengenai
kebudayaan dan pendidikan yang berbeda dengan progresivisme. Kalau progresivisme
menganggap pandangan bahwa banyak hal itu mempunyai sifat yang serba flesibel
dan nilai-nilai itu berubah dan berkembang, essensialisme menanggap bahwa dasar
pijak semacam ini kurang tepat. Dalam pendidikan, fleksibilitas dalam segala
bentuk, dapat menjadi sumber timbulnya pandangan yang berubah-rubah,
pelaksanaan yang kurang stabil dan tidak menentu.
Pendapat yang bersendikan atas
nilai-nilai yang bersifat demikian ini dapat menjadikan pendidikan itu sendiri
kehilangan arah. Berhubung dengan itu pendidikan haruslah bersendikan atas
nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan. Agar dapat terpenuhi maksud
tersebut nilai-nilai itu perlu dipilih yang mempunyai tata yang jelas dan yang
telah teruji oleh waktu.
Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah
yang berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama empat abad
belakangan ini, dengan perhitungan zaman Reanisans, sebagai pangkal timbulnya
pandangan-pandangan esensialistis awal. Puncak refleksi dari gagasan ini adalah
pada petengahan kedua abad ke sembilan belas.
Idealisme dan realisme adalah
aliran-aliran filsfat yang membentuk corak esensialisme. Sumbangan yang
diberikan oleh masing-masing ini bersifat eklektik. Artinya dua aliran filsafat
ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, tetapi tidak lebih menjadi satu.
Berarti, tidak melepaskan sifat-sifat utama masing-masing.
Komentar
Posting Komentar