Proses sejarah masa lalu, tidak
dapat dielakkan begitu saja bahwa pemikiran filsafat Islam terpengaruh oleh
filsafat Yunani. Para filosuf Islam banyak mengambil pemikiran Aristoteles dan
mereka banyak tertarik terhadap pemikiran-pemikiran Platinus. Sehingga banyak
teori-teori filosuf Yunani diambil oleh filsuf Islam.
Demikian keadaan orang yang dapat
kemudian. Kedatangan para filosuf Islam yang terpengaruh oleh orang-orang
sebelumnya, dan berguru kepada filsuf Yunani. Bahkan kita yang hidup pada abad
ke-20 ini, banyak yang berhutang budi kepada orang-orang Yunani dan Romawi.
Akan tetap berguru tidak berarti mengekor dan mengutip, sehingga dapat
dikatakan bahwa filsafat Islam itu hanya kutipan semata-mata dari Aristoteles,
sebagaimana yang dikatakan oleh Renan, karena filsafat Islam telah mampu
menampung dan mempertemukan berbagai aliran pikiran. Kalau filsafat Yunani
merupakan salah satu sumbernya, maka tidak aneh kalau kebudayaan India dan Iran
juga menjadi sumbernya. Pertukaran dan perpindahan suatu pikiran bukan selalu dikatakan
utang budi. Suatu persoalan dan hasilnya dapat mempunyai bermacam-macam corak.
Seorang dapat mengemukakan persoalan yang pernah dikemukakan oleh orang lain
sambil mengemukakan teorinya sendiri. Spinoza, misalnya, meskipun banyak
mengutip Descartes, ia mempunyai mahzab sendiri. Ibnu Sina, meskipun menjadi
murid setia Aristoteles, ia mempunyai pemikiran yang berbeda-beda.
Para filsuf Islam pada umumnya hidup
dalam lingkungan dan suasana yang berbeda dari apa yang dialami oleh
filsuf-filsuf lain. Sehingga pengaruh lingkungan terhadap jalan pikiran mereka
tidak bisa dilupakan. Pada akhirnya, tidaklah dapat dipungkiri bahwa dunia
Islam berhasil membentuk filsafat yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan
keadaan masyarakat Islam itu sendiri.
Komentar
Posting Komentar