Langsung ke konten utama

Ontologi Peripatetisme Islam


Ontologi merupakan cabang dan salah satu dari obyek kajian filsafat. Dalam filsafat Islam,pembahasan tentang ontologi diistilahkan dengan filsafat wujud. Secara prinsip, para filosof Muslim meyakini Allah adalah pencipta alam, namun dalam al-Qur’an tidak dijelaskan secara rinci tentang bagaimana proses penciptaan alam tersebut,  maka filosof Islam menginterpretasikan ayat-ayat al-Qur’an yang relevansi dengan penciptaan alam. Hasil interpretasi filosof Islam ini melahirkanlah filsafat emanasi (al-faidh).
Secara ontologis, standar aliran peripatetisme Islam dapat dilihat dalam dua kategori; pertama, materi dan bentuk. Aliran peripatetisme Islam menganut pemikiran bahwa segala yang ada (wujud) di alam ini  terdiri atas dua unsur utama yaitu materi/ al-hayula,  dan bentuk /shurah(Mulyadi: 2006, 29). Materi dan bentuk menjadi penentu bagi sesuatu berwujud atau tidak. Tegasnya, standar sesuatu dikatakan wujud, bila sestau itu mengandung untsur materi dan bentuk. Dengan demikian, aliran peripatetisme Islam lebih menekankan keutamaan wujud (ashalah al-wujud), sehingga bisa disebut sebagai penganut aliran eksistensialisme Islam atau hylomorfis (Mulyadi: 2007, 94).
Dalam sejarah filsafat, aliran ini dirumuskan dengan jelas oleh Aristoteles, sebagai hasil reformasi terhadap ajaran gurunya, Plato, yang mengatakan bahwa apa yang ada di dunia ini tdak lain daripada bayang-bayang dari ide-ide yang ada didunia atas-yang kemudian biasa disebut ide-ide Plato (Platonic Ideas). Ide-ide ini direformulasikan Aristoteles  sebagai bentuk, dan bayang-bayang sebagai materi. Tetapi yang dimaksud  dengan bentuk di sini bukanlah bentuk fisik, melainkan semacam esensi (hakikat) dari sesuatu, sedangkan materi adalah bahan, yang tidak akan berwujud (atau muncul dalam bentuk aktualitas) kecuali setelah bergabung dengan bentuk tadi.
Dalam filsafat Islam, hampir semua filosof peripatetik, seperti al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd, memiliki pemikiran seperti ini, dan karena itu jugalah para filosof di atas disebut filosof peripatetisme Islam (masya’iyyun), yang dapat dibedakan dengan dengan aliran filsafat Islam lainnya, seperti illuminasi dan teosophi transenden.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah, Tokoh dan Jenis Aliran Empirisme

Aliran empirisme ini dipelopori oleh John Locke, filosof Inggris yang hidup pada tahun 1632-1704. Gagasan pendidikan Locke dimuat dalam bukunya “Essay Concerning Human Understanding” . Aliran empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1210-1292) dan Thomas Hobes (1588-1679), namun mengalami sistematisi pada dua tokoh berikutnya, John Locke dan David Hume. Tokoh-tokoh penting dalam aliran empirisme : Jhon Locke Lahir di kota Wringtone Kota Somerset Inggris tahun 1632 (meninggal tahun 1704) David Hume Lahir di Edinburg, Skotlandia pada 1711. Ia menempuh pendidikan di kota kelahirannya. Francis Bacon Francis Bacon (1561-1626), lahir di London di tengah-tengah keluarga bangsawan Sir Nicholas Bacon. Jenis Aliran Empirisme dan Penerapan Aliran Empirisme Empirisme Kritis Disebut juga Machisme. Sebuah aliran filsafat subyaktif-idealistik. Aliran ini didirikan oleh Avenarius dan Mach. Inti aliran ini adalah ingin “membersihkan” pengertian pengalaman d...

Landasan Ilmu Pada Zaman Yunani

           Untuk mengetahui filsafat yunani perlu di jelasakan lebih dahulu asal kata filsafat. Sekitar abad ix sm atau paling tidak 700 sm, di yunani ,shophia di beri arti kebijaksanaan shophi berarti   kecakapan. Kata philosophos mula-mula di dikemukakan dan di temukan   oleh heraklitos (540-480 sm). Ada yang mengatakan yang menemukan adalh   pythagoras(580-500 sm) namun   pendapat   yang lebih tepat   adalah pendapatc   yang mengatakan bahwa heraklitoslah yang pertama menggunakan istilah tersebu. Menurutnya , philosophos (ahli filsafat) herus mempunyao pengetahuan yang luas sebagai pengejawantahan   dari pada kecintaanya akan kebenarannya dan mulai benar-benar jelas di gunakan kaum sofis   dan socrates yang memberi arti   philosophein sebagai penguasa secara sistematis terhadap pengetahuan tioritis. Philosophein dari kata philosophia itulah yang nantinya timbul kata-kata philosoph...

Metode Historis dan Metode Kritis

Metode historis adalah cara mempelajari filsafat berdasarkan urutan waktu, perkembangan pemikiran filsafat yang telah terjadi, sejak kelahirannya sampai saat ini, sepanjang dapat dicatat dan memenuhi syarat-syarat pencatatan serta penulisan sejarah. (Sutardjo, 2007:16). Pendekatan ini dapat dilakukan dengan membicarakan tokoh demi tokoh menurut kedudukannya dalam sejarah, misalnya dimulai darai membicarakan filsafat Thales, membicarakan riwayat hidupnya, pokok ajarannya, baik dalam teori pengetahuan, teori hakekat, maupun dalam teori nilai. Lantas dilanjutkan dengan membicarakan Anaximandros, misalnya, lalu Socrates, lalu Rousseau, lantas kant, dan seterusnya sampai tokoh-tokoh kontemporer. Tokoh dikenalkan, kemudian ajarannya. Mengenalkan tokoh memang perlu karena ajarannya biasanya berkaitan erat dengan lingkungan, pendidikan, kepentingannya. Dalam menggunakan metode historis dapat pula ditempuh cara lain, yaitu dengan cara membagi babakan sejarah filsafat. Misalnya mula-mula dip...