Pendidikan
dianggap sebagai wahana terbaik bagi pewarisan dan pelestarian nilai-nilai yang
nyatanya sekedar yang resmi, sedang berlaku dan direstui bahkan wajib diajarkan
di semua sekolah dengan satu penafsiran resmi yang seragam pula. Dinamika
sistem pendidikan yang berlangsung di Indonesia dalam berbagai era kesejarahan
akan menguatkan pandangan ini, betapa dunia pendidikan memiliki keterkaitan
sangat erat dengan kondisi sosial-politik yang tengah dominan.
Filsafat yang dijadikan [pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa merupakan asas dan pedoman yang melandasi semua aspek dan kehidupan bangsa, termasuk aspek pendidikan.
Hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan menjadi sangat penting sekali, sebab ia menjadi dasar, arah, dan pedoman suatu sistem pendidikan. Filsafat merupakan ide-ide dan idealisme, dan pendidikan merupakan usaha dalam merealisasikan ide-ide tersebut menjadi kenyataan, tindakan, tingkah laku, bahkan membina kepribadian manusia.
Apabila kita mencoba mengerti persoalan-persoalan pendidikan seperti akan nyata di bawah ini, bahwa analisa persoalan tidak mungkin semata-mata melalui analisa ilmiah. Sebab masalahnya memang masalah filosofis, misalnya meliputi:
1. Apakah pendidikan itu bermanfaat, atau mungkin, guna membina kepribadian manusia, atau tidak. Apakah potensi-hereditas yang menentukan kepribadian ataukah faktor-faktor luar (alam sekitar dan pendidikan). Mengapa anak yang potensi hereditasnya relatif baik, tanpa pendidikan dan lingkungan yang baik tidak mencapai perkembangan kepribadian sebagaimana diharapkan. Sebaliknya, mengapa seorang anak yang abnormal, potensi-hereditasnya relatif rendah, meskipun didik dengan positif dan lingkungan yang baik, tak akan berkembang normal.
2. Apakah tujuan pendidikan itu sesungguhnya. Apakah pendidikan itu guna individu sendiri, atau untuk kepentingan sosial, apakah pendidikan itu dipusatkan bagi pembinaan manusia pribadi, ataukah untuk masyarakatnya. Apakah pembinaan pribadi manusia itu demi hidup yang riil dalam masyarakat dan dunia ini ataukah bagi kehidupan akherat yang kekal.
3. Apakah hakekat masyarakat itu, dan bagaimana kedudukan individu di dalam masyarakat; apakah pribadi itu independen ataukah dependent di dalam masyarakat. Apakah hakekat pribadi manusia, manakah yang utama yang sesungguhnya baik untuk pendidikan bagi manusia, ataukah perasaan (akal, intelek atau akalnya, ataukah kemauan, ataukah perasaan (akal, karsa, rasa); apakah pendidikan jasmani atakukah rohani dan moral yang lebih utama. Ataukah pendidikan kecakapan-kecakapan praktis (skill), jasmani yang sehat, ataukah semunya.
4. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang ideal, apakah isi pendidikan (curriculum) yang diutamakan yang relevan dengan pembinaan kepribadian sekaligus kecakapan memangku suatu jabatan di dalam masyarakat. Apakah curriculum yang luas dengan konsekuensi kurang intensif ataukah dengan curriculum yang terbatas tetapi intensif penguasaannya sehingga praktis.
5. Bagaimana atas penyelenggaraan pendidikan yang baik, sentralisasi atau desentralisasi dan otonomi, oleh negara ataukah oleh swasta. Apakah dengan leadership yang instruktif ataukah secara demokratis. Bagaimana metode pendidikan yang efektif membina kepribadian baik teoritis-ilmiah, kepemimpinan, maupun moral dan aspek-aspek sosial dan skill yang praktis.
Fungsi filsafat pendidikan: pertama, fungsi spekulatif. Berusaha mengerti keseluruhan persoalan pendidikan dan mencoba merumuskannya dalam satu gambaran pokok sebagai pelengkap bagi data-data yang telah ada dari segi ilmiah. Filsafat pendidikan berusaha mengerti keseluruhan persoalan pendidikan dan antar hubungannya dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pendidikan.
Kedua, fungsi normatif. Sebagai pedoman untuk apa pendidikan itu. Asas ini tersimpul dalam tujuan pendidikan, jenis masyarakat apa yang ideal yang akan dibina. Khususnya norma moral yang bagaimana sebaiknya yang dicita-citakan. Bagaimana filsafat pendidikan memberikan norma dan pertimbangan bagi kenyataan-kenyataan normatif dan kenyataan-kenyataan ilmiah, yang pada akhirnya membentuk kebudayaan.
Ketiga fungsi kritik. Terutama untuk memberi dasar bagi pengertian kritis-rasional dalam pertimbangan dan menafsirkan data-data ilmiah. Misalnya data pengukuran analisa evaluasi baik kepribadian maupun achievement (prestasi). Bagaimana menetapkan klasifikasi prestasi itu secara tepat dengan data-data obyektif (angka-angka, statsitik). Juga untuk menetapkan asumsi atau hipotesa yang lebih reasonable. Filsafat harus kompeten, mengatasi kelemahan-kelemahan yang ditemukan oleh bidang ilmiah, melengkapinya dengan data dan argumentasi yang tak didapatkan dari cara ilmiah.
Kelima, fungsi teori bagi praktek. Semua ide, konsepsi, analisa dan kesimpulan-kesimpulan filsafat pendidikan adalah berfungsi teori. Dan teori ini adalah dasar bagi pelaksanaan/praktek pendidikan. Filsafat pendidikan memberikan prinsip-prinsip umum bagi suatu prkatek.
Filsafat yang dijadikan [pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa merupakan asas dan pedoman yang melandasi semua aspek dan kehidupan bangsa, termasuk aspek pendidikan.
Hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan menjadi sangat penting sekali, sebab ia menjadi dasar, arah, dan pedoman suatu sistem pendidikan. Filsafat merupakan ide-ide dan idealisme, dan pendidikan merupakan usaha dalam merealisasikan ide-ide tersebut menjadi kenyataan, tindakan, tingkah laku, bahkan membina kepribadian manusia.
Apabila kita mencoba mengerti persoalan-persoalan pendidikan seperti akan nyata di bawah ini, bahwa analisa persoalan tidak mungkin semata-mata melalui analisa ilmiah. Sebab masalahnya memang masalah filosofis, misalnya meliputi:
1. Apakah pendidikan itu bermanfaat, atau mungkin, guna membina kepribadian manusia, atau tidak. Apakah potensi-hereditas yang menentukan kepribadian ataukah faktor-faktor luar (alam sekitar dan pendidikan). Mengapa anak yang potensi hereditasnya relatif baik, tanpa pendidikan dan lingkungan yang baik tidak mencapai perkembangan kepribadian sebagaimana diharapkan. Sebaliknya, mengapa seorang anak yang abnormal, potensi-hereditasnya relatif rendah, meskipun didik dengan positif dan lingkungan yang baik, tak akan berkembang normal.
2. Apakah tujuan pendidikan itu sesungguhnya. Apakah pendidikan itu guna individu sendiri, atau untuk kepentingan sosial, apakah pendidikan itu dipusatkan bagi pembinaan manusia pribadi, ataukah untuk masyarakatnya. Apakah pembinaan pribadi manusia itu demi hidup yang riil dalam masyarakat dan dunia ini ataukah bagi kehidupan akherat yang kekal.
3. Apakah hakekat masyarakat itu, dan bagaimana kedudukan individu di dalam masyarakat; apakah pribadi itu independen ataukah dependent di dalam masyarakat. Apakah hakekat pribadi manusia, manakah yang utama yang sesungguhnya baik untuk pendidikan bagi manusia, ataukah perasaan (akal, intelek atau akalnya, ataukah kemauan, ataukah perasaan (akal, karsa, rasa); apakah pendidikan jasmani atakukah rohani dan moral yang lebih utama. Ataukah pendidikan kecakapan-kecakapan praktis (skill), jasmani yang sehat, ataukah semunya.
4. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang ideal, apakah isi pendidikan (curriculum) yang diutamakan yang relevan dengan pembinaan kepribadian sekaligus kecakapan memangku suatu jabatan di dalam masyarakat. Apakah curriculum yang luas dengan konsekuensi kurang intensif ataukah dengan curriculum yang terbatas tetapi intensif penguasaannya sehingga praktis.
5. Bagaimana atas penyelenggaraan pendidikan yang baik, sentralisasi atau desentralisasi dan otonomi, oleh negara ataukah oleh swasta. Apakah dengan leadership yang instruktif ataukah secara demokratis. Bagaimana metode pendidikan yang efektif membina kepribadian baik teoritis-ilmiah, kepemimpinan, maupun moral dan aspek-aspek sosial dan skill yang praktis.
Fungsi filsafat pendidikan: pertama, fungsi spekulatif. Berusaha mengerti keseluruhan persoalan pendidikan dan mencoba merumuskannya dalam satu gambaran pokok sebagai pelengkap bagi data-data yang telah ada dari segi ilmiah. Filsafat pendidikan berusaha mengerti keseluruhan persoalan pendidikan dan antar hubungannya dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pendidikan.
Kedua, fungsi normatif. Sebagai pedoman untuk apa pendidikan itu. Asas ini tersimpul dalam tujuan pendidikan, jenis masyarakat apa yang ideal yang akan dibina. Khususnya norma moral yang bagaimana sebaiknya yang dicita-citakan. Bagaimana filsafat pendidikan memberikan norma dan pertimbangan bagi kenyataan-kenyataan normatif dan kenyataan-kenyataan ilmiah, yang pada akhirnya membentuk kebudayaan.
Ketiga fungsi kritik. Terutama untuk memberi dasar bagi pengertian kritis-rasional dalam pertimbangan dan menafsirkan data-data ilmiah. Misalnya data pengukuran analisa evaluasi baik kepribadian maupun achievement (prestasi). Bagaimana menetapkan klasifikasi prestasi itu secara tepat dengan data-data obyektif (angka-angka, statsitik). Juga untuk menetapkan asumsi atau hipotesa yang lebih reasonable. Filsafat harus kompeten, mengatasi kelemahan-kelemahan yang ditemukan oleh bidang ilmiah, melengkapinya dengan data dan argumentasi yang tak didapatkan dari cara ilmiah.
Kelima, fungsi teori bagi praktek. Semua ide, konsepsi, analisa dan kesimpulan-kesimpulan filsafat pendidikan adalah berfungsi teori. Dan teori ini adalah dasar bagi pelaksanaan/praktek pendidikan. Filsafat pendidikan memberikan prinsip-prinsip umum bagi suatu prkatek.
Komentar
Posting Komentar