Refleksi
filosofis ilmu ekonomi mungkin telah berkembang seiring dengan
perjalanan sejarah hidup manusia seperti yang diungkapkan oleh Karl Marx
bahwa pangkal dari semua kegiatan manusia adalah hubungan produksi1.
Akan tetapi menurut Backhouse (2002), pembahasan ini baru mengemuka
sejak aktivitas ekonomi menjadi objek kajian tersendiri di abad ke-18,
misalnya dalam karya yang dikemukakan oleh Cantillon (1755), David Hume
(1752), dan paling berpengaruh adalah karya Adam Smith, Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations (1776). Pada masa- masa awal, ilmu ekonomi dipandang sebagai bagian tak terpisahkan dari moral science, sehingga pembahasan filosofisnya pun ditinjau dari perspektif filsafat moral2.
Dalam konteks perkembangan ilmu ekonomi kontemporer, pembahasan aspek
filosofis ilmu ekonomi semakin kompleks dengan berkembangnya beragam
aliran pemikiran ekonomi3. Bahkan, kalaupun diklasifikasikan menjadi dua kelompok, orthodoxdan mainstream, masing-masing kelompok tersebut masih memiliki ragam varian yang cukup banyak4. Adanya keragaman ini telah menjadi tantangan tersendiri bagi para ekonom maupun filosof dalam membahas filsafat ilmu ekonomi.
Filsafat ilmu ekonomi meliputi pembahasan tentang aspek
konseptual, metodologi, dan etika yang berkaitan dengan disiplin ilmu
ekonomi (Hausman, 2008; Caldwell, 1993). Fokus utamanya adalah aspek
metodologi dan epistemologi yang meliputi metode, konsep, dan teori yang
dibangun oleh para ekonom untuk sampai pada yang disebut “science”
tentang proses ekonomi. Filsafat ekonomi juga berkaitan dengan
bagaimana nilai-nilai etika menjadi bagian argumentasi dalam ilmu
ekonomi seperti kesejahteraan, keadilan, dan adanya trade-off diantara
pilihan-pilihan yang tersedia. Pertanyaan yang selanjutnya mengemuka
adalah apakah dimensi filsafat ilmu ekonomi tersebut menghasilkan
pengetahuan empiris yang menjadi dasar teoritis ilmu ekonomi sehingga
dapat diklaim bahwa filsafat ekonomi adalah bagian integral dari
filsafat ilmu pengetahuan. Pembahasan tentang pertanyaan ini telah
berlangsung lama dan menimbulkan banyak perdebatan di kalangan ekonom
dan filosof hingga saat ini.
Perdebatan tentang apakah filsafat ekonomi mengikuti pola
metodologis dan epistemologis seperti halnya dalam filsafat ilmu atau
memiliki pola tertentu yang terpisah sudah terjadi sejak abad ke 18, dan
menjadi lebih intensif di tahun 1970-an terutama ketika ideologi
Kuhnsian, Popperian, dan Lakatonian masuk dalam pembahasan tentang
ekonomi (Blaugh, 1992). Banyak yang mencoba menjelaskan perdebatan
tersebut dan hasilnya lebih condong kepada pandangan bahwa filsafat
ekonomi memiliki klaim yang kuat sebagai bagian dari filsafat ilmu
pengetahuan5. Sekalipun demikian, terdapat beberapa pandangan
minor yang tetap ‘menyangsikan” kesimpulan tersebut, dan memandang
bahwa pembahasan tentang filsafat ekonomi harus dilakukan secara
terpisah dari filsafat ilmu pengetahuan, misalnya Hutchison (2000).
Dalam makalah ini, penulis mencoba menyajikan perdebatan tersebut dan
menguraikan tantangan yang dihadapi filsafat ilmu ekonomi dalam
mengokohkan klaim ‘scientific’ ilmu ekonomi dari perspektif
filsafat ilmu pengetahuan. Bagian pertama akan menjelaskan tentang
permasalahan metodologis dan epistemologis yang dihadapi ilmu ekonomi
dalam perspektif ilmu pengetahuan sebagai dasar pembahasan. Bagian kedua
adalah tinjauan literatur tentang filsafat ekonomi dan sejumlah
perdebatan yang terjadi di kalangan ekonom dan filosof terkait hubungan
antara filsafat ekonomi dan filsafat ilmu pengetahuan. Bagian ketiga
adalah kesimpulan yang sekaligus juga menyajikan pandangan pribadi
penulis tentang keterkaitan filsafat ekonomi dan filsafat ilmu
pengetahuan.
Komentar
Posting Komentar