Pada tanggal 15 April 1980 dunia
filsafat dikagetkan oleh berita meninggalnya seorang filosof besar Perancis,
tokoh paling penting dalam filsafat eksistensialisme, yaitu Jean Paul Sartre.
Dialah yang menyebabkan eksistensialisme menjadi tersebar, bahkan menjadi
semacam mode, sekalipun pendiri eksistensialisme bukan dia, melainkan Soren
Aabye Kierkegaard (1813-1855) (Kaufmann. 1976: 192).
Krisis memang sedang terjadi, terutama
di Eropa. Reaksi pertama terhadap krisis itu datang dari Soren Aabye
Kierkegaard. Ia mengkritik Hegel yang mengajarkan adanya “aku umum”.
Kierkegaard mengajarkan bahwa yang ada ialah “aku individual”. Dengan demikian,
ia telah memperkenalkan istilah eksistensi yang memegang peranan penting dalam
filsafat abad ke-20. hanya manusia yang bereksitesi. Bereksistensi berarti
bertindak, dan tidak ada orang lain yagn dapat mengganti bereksistensi atas
naka saya. Tekanan kierkegaard pada pentingya arti eksistensi individu itu
telah melahirkan semacam kesadaran umum pada tanggung jawab setiap pribadi
dalam kehidupan ini. Dan pandangan seperti itulah Kierkegaard berbicara tentang
etika, mengkritik Kristen Lutheren di Denmark. Pandangan tentang pentingnya arti
manusia sebagai pribadi inilah kiranya yang menjadi intisari filsafatnya
yang kelak dikembangkan oleh Sartre dalam nama eksistensialisme yang dengan
cepat mendapat sambutan hampir di seluruh dunia.
Jean Paul Sartre lahir di Paris pada
tahun 1905 dan meninggal pada tahun 1980. Ia belajar pada Ecole Normale
Superieur pada tahun 1924-28. Setelah tamat dari sekolah itu. Pada tahun 1929
ia mengajarkan filsafat di beberapa Lycees, baik di Paris maupun di tempat
lain. Dari tahun 1933 sampai tahun 1935 ia menjadi mahasiswa peneliti pada
Institut Francis di Berlin dan di Universitas Freiburg. Tahun 1938 terbit
novelnya yang berjudul La Nausce, dan Le Mur terbit pada tahun
1939. sejak itu muncullah karya-karyanya yang lain dalam bidang filsafat.
Tatkala pecah perang pada tahun 1939 ia
menggabungkan diri dalam pasukan Prancis, dan pada tahun 1940 ia ditangkap oleh
Jerman. Setelah dibebaskan, ia kembali ke Paris. Di sana ia meneruskan karyanya
sebagai pengajar dalam bidang filsafat sampai tahun 1944. Dalam waktu inilah ia
menyelesaikan bukunya yang terkenal. L’Etre et Le Neant, pada tahun
1943. dalam gerakan politik, bersama kawannya, Albert Camus dan Muarice
Merleau-Ponty, ia bekerja sama dengan Partai Komunis Prancis. Tahun 1960 terbit
bukunya, Critique de la Raison Dialectique (diambil dari Encyclopedia
of Philosophy, 7-8, 1967: 287-88).
Selain sebagai seorang guru besar, ia
jugaa seorang pejuang. Dalam perang Dunia Kedua ia menjadi salah seorang
pemimpin pertahanan. Sebagai novelis dan dramawan namanya amat terkenal. Tahun
1964 ia menolak menerima hadiah Nobel dalam bindang kesusasteraan (Burr dan
Goldinger:520). Sekalipun pada dasarnya buah pikirannya merupakan pengembangan
pemikiran Kierkegaard, ia mengembangkannya sampai pada tahap yang amat jauh.
Cobalah perhatikan bagaimana ia mendefenisikan eksistensi sebagaimana
diringkaskan berikut ini.
Bagi Sartre, eksistensi manusia
mendahului esensinya. Pandangan ini amat janggal sebab biasanya sesuatu harus
ada esensinya lebih dulu sebelum keberadaannya. Bagaimana sebenarnya yang
dimaksud oleh Sartre?
Filsafat eksistensialisme membicara cara
berada di dunia ini, terutama cara berada manusia. Dengan perkataan lain,
filsafat ini menempatkan cara wujud-wujud manusia sebagai tema sentral
pembahasannya. Cara itu hanya khusus ada pada manusia karena hanya manusialah
yang bereksistensi. Binatang, tumbuhan, bebatuan memang ada, tetapi
mereka tidak dapat disebut bereksistensi (Drijarkara, 1966: 57). Filsafat
eksistensialisme mendamparkan manusia ke dunianya dan menghadapkan manusia
kepada dirinya sendiri. (Hassan: 9).
Komentar
Posting Komentar