Langsung ke konten utama

Aliran-aliran Filsafat Pendidikan


Aliran ini dianggap sebagai “regressive road to culture yakni jalan kembali atau mundur kepada kebudayaan masa lampau Perennialisme menghadapi kenyataan dalam kebudayaan manusia sekarang, sebagai satu krisis kebudayaan dalam kehidupan manusia modern. Untuk menghadapi situasi krisis itu, Perennialisme menghadapi kenyataan dalam kehidupan manusia modern. Untuk menghadapi situasi krisis itu, Perenialisme memberikan pemecahan dengan jalan “Kembali kepada kebudayaan masa lampau”, kebudayaan yang dianggap ideal.
Pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya kepada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. Karena itu Perennialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal dimaksud, “education as cultural regression”. Perennialisme tak melihat jalan yang meyakinkan selain kembali kepada prinsip-prinsip yang telah sedemikian membentuk sikap kebiasaan, bahkan kepribadian manusia selain kebudayaan dulu dan kebudayaan abad pertengahan.
Perennialisme memilih prinsip demikian karena realita zaman modern memberi alasan obyektif, memberi kondisi untuk pilihan itu. Untuk prinsip ide itu. Brameld menulis:
“…….. Perenialist reacts against the failures and tragedies of our age by regressing or returning to the axiomatic beliefs about reality, knowledge, and value that he finds foudational to a much earlier age”.
“……. Kaum perennialisme mereaksi dan melawan kegagalan-kegagalan dan tragedi-tragedi dalam abad modern ini dengan mundur kembali kepada kepercayaan-kepercayaan yang aksiomatis, yang telah teruji tangguh, baik dalam teori realita, teori ilmu pengetahuan, maupun teor nilai, yang telah memberi dasar fundamental bagi abad-abad sebelumnya.
Karena itu perenialisme memberikan sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktek bagi kebudayaan dan pendidikan zaman sekarang. Apabila suatu peradaban berada dipersimpangan arah, dan bila suatu generasi memerlukan pengamatan nilai-nilai moral dan intelek sebagaimana juga diperlukan pengamanan bidang sosial ekonomi, maka jalan terbaik untuk itu ialah kembali kepada pola kebudayaan lama. Dan menurut Perenialisme krisis demikian ialah yang dialami generasi sekarang dengan kebudayaan sekarang. Karena itu, kita sebaiknya kembali kepada ketenangan, kestabilan prinsip-prinsip kebudayaan abad pertengahan.
Watak umum Perennialisme tersimpul dalam makna istilah yang menjadi nama aliran ini. Istilah “Perennial” berarti “everlasting” atau abadi. Dengan demikian esensi atau inti kepercayaan filsafat Perennialisme ialah nilai-nilai, norma-norma yang bersifat kekal abadi, bahkan keabadian itu sendiri. Perennialisme mengambil analogi realita-sosial-bidaya manusia, seperti realita sepohon bunga. Pohon bunga ini akan berbunga musim demi musim, datang dan pergi secara tetap sepangjang tahun dan masa. Demikianlah pola perkembangan kebudayaan manusia, abad demi abad, era demi era, bahkan untuk selama-lamanya akan tetap mengulangi apa yang pernah dialaminya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Reduksi Eidetis dengan Fenomenologi Transendental

Eidetis berasal dari kata “eidos” yaitu intisari. Reduksi Eidetis adalah penyaringan atau penempatan di dalam kurung segala hal yang bukan eidos, intisari atau realitas fenomen. Dengan reduksi eidetis, semua segi, aspek, dan profil dalam fenomena yang  hanya kebetulan disampingkan. Karena, aspek dan profil tidak pernah menggambarkan objek secara utuh. Setiap objek adalah kompleks, mengandung aspek dan profil yang tiada terhingga.       Hakikat (realitas) yang dicari dalam hal ini adalah struktur dasar yang meluputi isi fundamental dan semua sifat hakiki. Untuk menentukan apakah sifat-sifat tertentu adalah hakikat atau bukan, Husserl memakai prosedur mengubah contoh-contoh. Ia menggambarkan contoh-contoh tertentu yang representatif melukiskan fenomena. Kemudian, dikurangi atau ditambah salah satu sifat. Pengurangan atau penambahan yang tidak mengurangi atau menambah makna fenomena dianggap sifat-sifat yang hakiki.       Red...

Sejarah, Tokoh dan Jenis Aliran Empirisme

Aliran empirisme ini dipelopori oleh John Locke, filosof Inggris yang hidup pada tahun 1632-1704. Gagasan pendidikan Locke dimuat dalam bukunya “Essay Concerning Human Understanding” . Aliran empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1210-1292) dan Thomas Hobes (1588-1679), namun mengalami sistematisi pada dua tokoh berikutnya, John Locke dan David Hume. Tokoh-tokoh penting dalam aliran empirisme : Jhon Locke Lahir di kota Wringtone Kota Somerset Inggris tahun 1632 (meninggal tahun 1704) David Hume Lahir di Edinburg, Skotlandia pada 1711. Ia menempuh pendidikan di kota kelahirannya. Francis Bacon Francis Bacon (1561-1626), lahir di London di tengah-tengah keluarga bangsawan Sir Nicholas Bacon. Jenis Aliran Empirisme dan Penerapan Aliran Empirisme Empirisme Kritis Disebut juga Machisme. Sebuah aliran filsafat subyaktif-idealistik. Aliran ini didirikan oleh Avenarius dan Mach. Inti aliran ini adalah ingin “membersihkan” pengertian pengalaman d...

Landasan Ilmu Pada Zaman Yunani

           Untuk mengetahui filsafat yunani perlu di jelasakan lebih dahulu asal kata filsafat. Sekitar abad ix sm atau paling tidak 700 sm, di yunani ,shophia di beri arti kebijaksanaan shophi berarti   kecakapan. Kata philosophos mula-mula di dikemukakan dan di temukan   oleh heraklitos (540-480 sm). Ada yang mengatakan yang menemukan adalh   pythagoras(580-500 sm) namun   pendapat   yang lebih tepat   adalah pendapatc   yang mengatakan bahwa heraklitoslah yang pertama menggunakan istilah tersebu. Menurutnya , philosophos (ahli filsafat) herus mempunyao pengetahuan yang luas sebagai pengejawantahan   dari pada kecintaanya akan kebenarannya dan mulai benar-benar jelas di gunakan kaum sofis   dan socrates yang memberi arti   philosophein sebagai penguasa secara sistematis terhadap pengetahuan tioritis. Philosophein dari kata philosophia itulah yang nantinya timbul kata-kata philosoph...