Tidak
mudah memahami kant, terutama ketika sampai pada teorinya: realisme
empirikal (Empirical realism)dan Idealisme transendental (transendental
idealism), Istilah
“transenden” berhadapan dengan istilah ‘empiris’, dimana keduanya sama-sama
merupakan term epistemologis, namun sudah tentu mengandung
maksud yang berbeda; yang pertama berartiindependent dari pengalaman (dalam
arti transenden), sedang yang terakhir disebut berarti imanen dalam
pengalaman. Begitu saja “realisme” yang berlawanan dengan “idealisme”,
adalah dua istilah ontologis yang masing-masing bermakna: “lepas dari
eksistensi subyek” (independet of my existance) dan
“bergantung pada eksistensi subyek” (dependent of my existence).
Teori Kant ini mengingatkan kita kepada filsuf Berkeley dan Descartes. Berkeley tentu seorang empirisis, tetapi ia sekaligus muncul sebagai seroang idealis. Sementara Descartes bisa disebut seorang realis karena ia percaya bahwa eksistensi obyek itu, secara umum, independen dari kita, tetapi ia juga memahami bahwa kita hanya mengetahui esensinya melalui idea bawaaninnate ideas) secara “clear and distinct”, bukan melalui pengalaman. Inilah yang kemudian membuat Descartes sebagai seorang “realis transendental”.
Teori Kant ini mengingatkan kita kepada filsuf Berkeley dan Descartes. Berkeley tentu seorang empirisis, tetapi ia sekaligus muncul sebagai seroang idealis. Sementara Descartes bisa disebut seorang realis karena ia percaya bahwa eksistensi obyek itu, secara umum, independen dari kita, tetapi ia juga memahami bahwa kita hanya mengetahui esensinya melalui idea bawaaninnate ideas) secara “clear and distinct”, bukan melalui pengalaman. Inilah yang kemudian membuat Descartes sebagai seorang “realis transendental”.
Komentar
Posting Komentar